TUGAS PBO Putu Agus Ferdiana
INHERITANCE AND POLYMORPHISM 008 01 242
// class Animal
public class Animal {
private int weight;
public Animal(int w) { weight=w; }
public void setWeight(int w) { weight = w; }
public int getWeight() { return weight; }
public void talk() {
System.out.println("An animal can't talk");
}
}
// class Cow
public class Cow extends Animal {
public Cow() { super(100); }
public void talk() {
System.out.println("Moo!");
}
}
// class Pig
public class Pig extends Animal {
public Pig() { super(40); }
public void talk() {
System.out.println("Grunt!");
}
}
// class Sheep
public class Sheep extends Animal {
public Sheep() { super(65); }
public void talk() {
System.out.println("Baa!");
}
}
// class Bebek
public class Bebek extends Animal {
public Bebek() { super(35); }
public int jumlahTelur=3;
public void talk() {
System.out.println("Kweek!");
}
}
// class Main
public class FarmExample{
public static void main(String[] args) {
Animal[] farm = {new Cow(), new Pig(), new Sheep(), new Bebek()};
Bebek b = new Bebek();
int totalWeight = 0;
for (int i=0; i
totalWeight += farm[i].getWeight();
System.out.println("The total weight of the " + "animals is " + totalWeight);
System.out.println("The animals say:");
for (int i=0; i
farm[i].talk();
System.out.println("Jumlah Telur Bebek adalah "+b.jumlahTelur);
}
}
Output program :
The total weight of the animals is 240 The animals say: Moo! Grunt! Baa! Kweek! Jumlah Telur Bebek adalah 3
Permasalahan yang Umum pada Polymorphism :
Konsep Dasar Polymorphism dalam Java
Polymorphism adalah salah satu dari tiga kemampuan yang mendasar yang dimiliki oleh OOP, setelah data abstraction dan inheritance.
Polymorphism menyediakan cara yang berbeda pada pemisahan interface dari implementasinya, untuk memasangkan ulang apa dari bagaimana. Polymorphism memberikan organisasi kode yang lebih baik dan kode menjadi lebih mudah dibaca, juga memberikan suatu kemampuan pada program untuk berkembang secara terus menerus baik pada tahap pengembangan awal ataupun pada saat ingin menambahkan kemampuan-kemampuan yang baru.
Encapsulation membuat tipe data yang baru dengan mengkombinasikan karakteristik-karakteristik dan perilaku-perilaku. Dengan menggunakan kata kunci private kita dapat menyembunyikan interface dari implementasi. Cara yang seperti ini dapat memudahkan para programmer yang mempunyai background prosedural. Tetapi polymorphism menangani decoupling dalam bentuk types. Kita mengetahui kalau inheritance memperbolehkan perlakuan yang sama pada object turunan maupun object asal. Kemampuan ini sangat penting karena memperbolehkan beberapa tipe yang ada (turunan dari tipe asal yang sama) mendapat perlakuan seperti kalau mereka itu satu tipe, dan hanya dibutuhkan satu kode saja untuk mengakses keseluruhan tipe yang ada. Metode polymorphism ini memperbolehkan untuk memanggil satu tipe untuk mengekspresikan perbedaannya dari tipe yang lainnya, yang sejenis, selama mereka diturunkan dari tipe asal yang sama. Perbedaan ini diekspresikan melalui perbedaan-perbedaan dalam perilaku dari metoda-metoda yang dapat kita panggil dari class asal.
Dalam pembahasan ini kita akan menjelaskan tentang polymorphism (juga disebut sebagai dynamic binding atau late binding atau run-time binding) mulai dari yang paling dasar, dengan contoh yang membeberkan tentang pengaruh polymophism dalam program yang akan dibuat.
Sebelumnya kita mengetahui kalau sebuah object dapat digunakan sebagai tipenya sendiri atau sebagai object dari tipe asalnya. Mengambil handle sebuah object dan memperlakukannya sebagai handle dari tipe asal disebut sebagai upcasting karena urutan dari cabang-cabang inheritance digambarkan class asal terletak yang paling atas.
Kita juga akan menemui sebuah masalah seperti yang tertera dari kode berikut ini:
//: Music.java
// Inheritance & upcasting
package c07;
class Note {
private int value;
private Note(int val) { value = val; }
public static final Note
middleC = new Note(0),
cSharp = new Note(1),
cFlat = new Note(2);
} // Etc.
class Instrument {
public void play(Note n) {
System.out.println(\"Instrument.play()\");
}
}
// Wind objects are instruments
// because they have the same interface:
class Wind extends Instrument {
// Redefine interface method:
public void play(Note n) {
System.out.println(\"Wind.play()\");
}
}
public class Music {
public static void tune(Instrument i) {
// ...
i.play(Note.middleC);
}
public static void main(String[] args) {
Wind flute = new Wind();
tune(flute); // Upcasting
}
} ///:~
Metode diatas Music.tune() menerima sebuah handle Instrument, tetapi juga segala sesuatunya yang diturunkan dari Instrument. Didalam main(), kita dapat melihat semua ini terjadi sebagai sebuah handle Wind dilewatkan ke tune(), dengan tanpa cast sama sekali. Ini semua masih dapat diterima, interface dari Instrument harus muncul didalam Wind, karena Wind diturunkkan dari Instrument. Upcasting dari Wind ke Instrument bisa membuat “narrow” pada interface tersebut, tapi semua ini tidak dapat mengurangi interface keseluruhan dari Instrument.
Program berikut ini mungkin akan tampak aneh. Mengapa kita secara sengaja melupakan tipe dari sebuah object ? Ini semua dapat terjadi bila kita melakukan upcast, dan menjadikannya kelihatan seperti kalau tune() secara langsung mengambil handle dari Wind sebagai sebuah argumen. Ini semua membuat sesuatu yang mendasar : Kalau kita melakukannya, kita harus menuliskan tune() yang baru untuk setiap Instrument didalam system kita. Anggap saja kita mengikuti alasan ini dan menambahkan instrument Stringed dan Brass :
//: Music2.java
// Overloading instead of upcasting
class Note2 {
private int value;
private Note2(int val) { value = val; }
public static final Note2
middleC = new Note2(0),
cSharp = new Note2(1),
cFlat = new Note2(2);
} // Etc.
class Instrument2 {
public void play(Note2 n) {
System.out.println(\"Instrument2.play()\");
}
}
class Wind2 extends Instrument2 {
public void play(Note2 n) {
System.out.println(\"Wind2.play()\");
}
}
class Stringed2 extends Instrument2 {
public void play(Note2 n) {
System.out.println(\"Stringed2.play()\");
}
}
class Brass2 extends Instrument2 {
public void play(Note2 n) {
System.out.println(\"Brass2.play()\");
}
}
public class Music2 {
public static void tune(Wind2 i) {
i.play(Note2.middleC);
}
public static void tune(Stringed2 i) {
i.play(Note2.middleC);
}
public static void tune(Brass2 i) {
i.play(Note2.middleC);
}
public static void main(String[] args) {
Wind2 flute = new Wind2();
Stringed2 violin = new Stringed2();
Brass2 frenchHorn = new Brass2();
tune(flute); // No upcasting
tune(violin);
tune(frenchHorn);
}
} ///:~
Kode diatas dapat dijalankan, tetapi disana ada kekurangan terbesar. Kita harus menuliskan metoda tipe yang spesifik untuk setiap class Instrument2 yang baru kita tambahkan. Ini semua berarti makin banyak kode yang akan kita tulis, tetapi juga berarti kalau kita ingin menambahkan sebuah metoda baru seperti tune() atau sebuah tipe baru dari Instrument, kita mendapatkan kalau perkerjaan kita makin banyak. Dengan menambahkan fakta bahwa kompiler tidak akan memberikan pesan-pesan kesalahan kalau kita lupa meng overload salah satu dari metoda-metoda kita dan seluruh proses pekerjaan dengan tipe menjadi tidak dapat ditangani.
Bukankah dapat menjadi lebih menyenangkan kalau kita hanya menuliskan satu metoda saja yang dapat mengambil class asal sebagai argumennya, dan bukan dari semua class-class turunannya. Itulah memang lebih memudahkan bila kita melupakan adanya class-class turunan, dan menuliskan kode yang hanya berkomunikasi dengan class asal?
Itulah apa yang disediakan oleh polymorphism. Walau bagaimanapun kebanyakan programmer (yang berasal dari latar belakang prosedural) mempunyai sedikit kesulitan untuk beradaptasi dengan polymorphism.
Kesimpulan
Dengan polymorphism pekerjaan seorang programmer dapat dimudahkan dengan menuliskan kode yang lebih sedikit. Untuk mengakses class-class turunan tidak dibutuhkan penulisan kode yang berlainan.